cerita dewasa bercinta dengan istrii orang yang kesepian
Ini adalah cerita dewasa seorang isteri yang di tinggal suami kerja ke
luar negri, karena tak tahan menahan birahi seks yang tinggi, akhirnya
nyeleweng alias selingkuh, tapi si isteri sebagai pelaku tak pernah
menyadari kalo itu adalah sebuah penyelewengan. berikut cerita
lengkapnya:
Umur pernikahan kami sudah berjalan 2 tahun. Cuma setahun terakhir ini
suamiku ditugaskan ke Australia. Bisa kalian bayangkan, setahun penuh
kami harus menahan nafsu gejolak birahi. Aku tahu suamiku nggak bakalan
nyleweng, atau bercinta dengan wanita lain.
Akupun juga begitu, meskipun ketika masih single, kehidupanku cukup
bebas. Menurutku ML adalah bagian atau bumbu dari pacaran, hanya dengan
suamiku ketika itu aku nggak pernah lebih dari peluk dan cium. Entah
mengapa aku nggak bisa pacaran lebih jauh ketika bersamanya, mungkin
karena suamiku sangat sopan, baik hati, gentleman, sangat menghargai
wanita. Aku nggak mau merusak image diriku dengan bertingkah sembrono.
Sejauh ini dia masih menganggapku wanita alim. Jahat juga sebenarnya,
anehnya ketika malam pertama dia tidak curiga ketika aku tidak
mengeluarkan darah. Mungkin dia saking percayanya sama aku. Syukurlah
suamiku nggak pernah tahu rahasia ini dan tetap aku simpan sampai
kapanpun.
Suamiku biasanya menelepon di minggu malam karena tarif telepon cukup
banyak mendapat diskon, maklumlah hubungan telepon kami bisa memakan
waktu minimal 2 jam, terlebih lagi kalau nafsu kami sudah menggelegak,
mau tidak mau phone sex menjadi alternatif untuk menuntaskannya.
Selama ini suamiku selalu puas, Cuma dia tidak pernah tahu kalau aku
tidak pernah orgasme atau terpuaskan. Bagiku melalui telepon terlalu
maya, meski aku mencobanya dengan jari tetap saja hasilnya tidak
memuaskan. Dan ini sangat menyiksaku, untuk menyeleweng rasanya aku
belum bisa, meskipun bisa saja aku melakukan sex tanpa cinta seperti
yang pernah kulakukan dimasa gila gilaan dulu. Tapi rasanya aku nggak
tega dengan suamiku, dia sudah terlalu baik.
Tapi prinsipku tidak bertahan terlalu lama, semua itu dimulai ketika aku
curhat ke Januar rekan sekantorku yang membantu mengedit hasil
tulisanku dinovelku yang kedua. Januar adalah teman lama yang baik.
Benar benar baik meskipun peluang dia untuk mendekatiku sebenarnya cukup
banyak dan mudah, terlebih lagi dia tahu persis bagaimana kelakuanku
ketika masih belum menikah, tapi baiknya dia tidak mau memanfaatkannya.
Seperti biasa, minggu malam aku sudah bersiap siap menunggu telepon dari
suamiku. Tiba tiba HP ku berdering, kulihat no HP Januar muncul di
layar . Hmmm.. ngapain Januar menelepon malam malam :” Din…gue mau
mampir ke rumah elo. Besok kan novel elo harus turun ke penerbit. Elo
lupa ya…cepetan cek untuk yang terakhir kalinya.. OK ? Pagi besok gue
ambil lagi. Gue udah di depan pagar neeh…“ Teriakannya di speaker HP
membuat telingaku berdenging. Hhhh…anak ini mengganggu kesenangan saja.
Masuk Jan…pagar nggak dikunci kok“Teriakku dari teras. „Eh Din gue lupa
sebenarnya di bab terakhir gue belum selesai mengeditnya. Tapi gak lama
kok paling 1 jam an, gue edit disini aja ya…sorry banget deh jadi
mengganggu elo” Katanya memohon pengertian.
„ Iya deh..elo terusin aja, gue juga lagi nunggu telepon dari suami gue.
Biasalah udah kangen…eh baidewe kalo nanti elo denger gue mendesah
desah, elo jangan ngeres ya…elo tahu sendiri kan kalo suami istri gak
ketemu lama, ngapain aja ditelepon…dan jangan deket deket gue, elo di
ruang tamu aja, jangan ngintip ok ? ”
„Aduh Din…gue kan bukan anak kecil. Gue ngerti dan nggak bakalan
ngganggu deh… gue juga gitu kalo udah kangen sama cewek gue yang di
Surabaya….santai aja. “ Ujar Januar.
Januar lagi asyik mengedit tulisanku di notebooknya sambil ngopi di
ruang tamu. Sementara aku asyik bermasyuk ria dengan suamiku lewat
telepon..hhh ya lewat telepon !! aduh menyedihkan….dengan hasil akhir
yang sudah bisa ditebak !.
Dengan wajah lelah dan tersiksa aku menutup telepon dan berjalan ke ruang tamu. Hhhhh sudah selesai belum anak ini..
.” He Jan gimana…? selesai ? “ tanyaku.
Selesai non…hmmm elo ok ok saja ? wajah elo kusut gitu…”Tanyanya sambil mengisap pelan rokoknya.
“Hmmm… gue baik baik saja. Lagi gak enak badan aja, bentar lagi gue
lembur deh. Elo bisa ambil lagi besok pagi. “ Kataku sambil membuka
pintu depan.
“Ok gue pulang dulu, malem non” Kata Januar sambil melangkah menuju pintu.
Tiba tiba Januar menahan daun pintu sebelum aku tutup. “ Din Aku pikir
kamu harus terus terang ke suamimu. Nggak bisa kamu berpura pura
menikmatinya….sorry bukannya aku turut campur” Bisik Januar pelan.
Hmmm Januar mulai ber “aku dan kamu” artinya dia mulai bicara serius.
“ Jadi kamu denger tadi aku ngapain aja…dasar” Kataku sambil mendelik kepadanya.
“ Gimana aku nggak dengar, orang kamu mendesah desah keras gitu. Kalo
jendela kamu buka pasti tetangga depan rumah juga denger non…masa gue
harus tutup telinga “ Katanya balik protes.
“ Hhhh memang Jan…tapi aku nggak tega suamiku merasa bersalah. Sementara
elo tahu sendiri gimana pusingnya kalo nggak kesampaian. Gue udah coba
pake macem macem, kamu tentu tahulah, tapi hasilnya tetep aja. “
Keluhku.
“Din…gimana kalo gue bantu ? Gue bantu dengan cara gue…sorry gue bukan
mau kurang ajar. Tapi gue tahu dulu elo cukup free dan gue tahu gimana
prinsip elo. Gue juga temen lama elo, Jadi gue berani nawarin.” Katanya
pelan.
“ Gila lo Jan..!! elo bener bener gila…!” Teriakku.
“ Kita nggak bercinta non…aku cuma muasin kamu aja. Tidak ada coitus…aku cuma membuat kamu nyaman aja…”Katanya pelan.
“ Maksud elo …? Nggak ML gimana…!?” kataku penasaran.
” Begini…kamu coba telepon suamimu lagi. Coba buat fore play dulu dengan
omong omong. Setelah kamu agak panas, aku coba puasin kamu pake..mmm
lidah….Sorry elo jangan kaget..gue cukup ahli dan pengalaman dengan yang
satu ini. Gue nggak akan lebih dari itu…gue cuma mau bantu aja, anggap
aja gue sex machine deh..”Katanya berusaha menjelaskan.
“Aduh Jan…elo aneh aneh aja…ide gila darimana tuh…ah paling kamu aja
yang kepingin banget ML sama aku…dasar. “ Kataku tersenyum, bisa aja nih
anak…
“ Nggak Din…bener deh, gue cuma puasin kamu pake lidah. Toh cuma pake
lidah. Gue nggak akan remas remas elo kok, murni gue cuma ingin
membantu. Jadi elo telepon suami elo lalu gue jilatin punya elo. Elo
bisa bayangin suami elo yang muasin..”Katanya berusaha menjelaskan.
Hmmm sebenarnya boleh juga idenya. Just for sex…toh kami tidak ML yang sebenarnya
.” Elo serius mau bantu Jan….?” Tanyaku lirih.
Seperti kerbau dicocok hidungnya, Januar menuntunku menuju telepon. ‘
Relaks saja non…coba kamu telepon suamimu lagi “ Katanya sambil
mengambil karpet dan menempatkannya di depan sofa. Aku mulai menelepon
suamiku lagi.
“ Hai honey..masih kangen neehhh ? “ Teriak suamiku. “ Aku masih belum puas pa…please puasin aku lagi..” kataku mendesah.
Perlahan tangan Januar menyelusup ke balik rok ku dan menarik perlahan
celana dalamku. Pelan dan lembut Januar mengelus bulu bulu kemaluanku.
Ahhhh gila…kenapa aku setuju saja dengan rencana gila Januar, tapi aku
tidak berusaha menghentikan tangannya malah meletakkan kakiku ke
bahunya.
Perlahan Januar mendekatkan kepalanya ke belahan pahaku. Lembut sekali
lidahnya mulai menyentuh permukaan klitorisku. Ahh setahun tidak
disentuh benar benar membuatku gemetaran..gila efeknya sampai segini
hebatnya. Sambil kupejamkan mata aku berusaha membayangkan suamiku.
Lidah Januar makin menggila, ujung lidahnya mulai masuk ke dalam miss V
ku, sementar jarinya memutar mutar di klitorisku.Aaahhh rasanya bener
bener nikmat.
” Gimana sayang…hmmm enak ya” Bisik suamiku. Aku semakin keras
melenguh…” Gimana jilatanku sayang…hmmm slruup…! ahhh enak honey…kamu
sexy banget.” Bisik suamiku lembut. Aaahhh kasihan suamiku, tidak tahu
dia kalau aku sedang dipuaskan oleh lelaki lain dengan menggunakan
suaranya. Ahhh aku memang gila…
Januar memang benar, jilatannya sungguh luar biasa. Tampaknya dia sudah
ahli dan sering melakukannya. Suara suamiku mulai memburu, mungkin dia
juga mengocok batangnya. Dan kakiku makin menekan membenamkan kepala
Januar makin dalam. Suara lidah Januar mulai berkecipakan. Entah suamiku
mendengarnya atau tidak….masa bodo, pokoknya aku harus harus mendapat
orgasmeku. Dan aaahhhh..!! aku menjerit keras, ketika Januar menyedot
habis cairan cintaku. Bersamaan dengan itu suamiku juga berteriak
dibalik teleponnya…rupanya dia juga ejakulasi.Januar tersenyum sambil
bertanya dengan kode apakah aku puas ? Gila gue udah teriak teriak, dia
nggak tahu kalo gue udah orgasme.
Tapi aku masih ingin mendapatkan orgasme yang kedua…” Mas coba bisikkan
kalo batang mas masuk ya….aku pingin batang mas masuk…please..aku
kepingin neeehhh..” Bisikku ke suamiku. ” Ok honey aku masukkan ya….tapi
kamu harus teriak dong biar aku juga puas…ok ? aku masukin ya…” suara
suamiku gemetar menahan nafsu.
Januar kini kebingungan bagaimana memuaskan aku kalau permintaanku
seperti itu. Aku kode Januar untuk melepas celana panjangnya. ” Cepetan
buka celana elo !!” Kataku tanpa suara tapi cukup jelas bagi Januar
untuk memahami bahasa mulutku.
Januar terdiam beberapa saat dengan wajah bingung…tapi dia cepat tanggap, perlahan dia meloloskan celana panjangnya.
” Gue masukin ? ” Tanyanya tanpa suara sambil menunjuk ke arah vaginaku.
Wajahnya kelihatan belum yakin. ” iya buka cepet !!!” Mulutku teriak
tanpa suara sambil menurunkan celana dalamnya, gila !!! punya Januar
lebih besar dan lebih hitam dari punya suamiku. Aku membuka pahaku lebar
lebar, dengan ragu ragu Januar mendekatkan batangnya yang menegang
hebat mendekat ke bibir vaginaku, dia menggesekkan batangnya ke
klitorisku yang sudah memerah, gila enak sekali…..
” Mas yo mas…masukin…aku udah pengen nehh…”bisikku ke suamiku. Dari
balik Telepon suara suamiku tambah memburu” Ok sayang aku masukin pelan
pelan ya…hmmm enak kan ? gimana… udah masuk enak kan ? ”
Aku kode Januar dengan kedipan mata untuk segera memasukkan batangnya.
Dengan sinar mata bertanya tanya Januar mulai menekan batangnya. “
Masukin aja “ Mulutku berkata tanpa suara. Dan perlahan batang besar
Januar mulai masuk sedikit demi sedikit. Akhirnya blleessss seluruh
batang Januar tenggelam ke vaginaku. Aku memekik…aaaakkkhhh…
“ Aduh honey…kamu hebat… Belum pernah kita ngeseks lewat telepon seperti
ini…gila kamu bener bener menghayati honey…” Teriak suamiku.Sementara
Januar mulai menggoyang pantat sexynya maju mundur. Semakin cepat dan
semakin cepat. Aku pejamkan mataku, nikmatnya sungguh luar biasa.
Gesekan kulit kasar batang Januar sungguh memberi kenikmatan yang tidak
bisa dikatakan. Semakin cepat dan semakin dalam, sehingga sofaku
berderit derit seperti hampir patah. Aku tutup mulut Januar jangan
sampai dia melenguh atau bersuara. Bisa berabe dong…
Akhirnya orgasmeku yang kedua tiba…sungguh merupakan kenikmatan yang
tiada taranya sampai tubuhku terhentak berkali kali. Aku masih
membayangkan batang Januar yang masuk ke tubuhku adalah batang suamiku…
Sorry Jan..nggak mungkin aku membayangkan kamu. Oleh sebab itu aku
menutup mataku. Bagiku saat ini kamu adalah mesin seksku…seperti yang
kamu tawarkan.
Begitu aku selesai orgasme, Januar mengerti bahwa dia harus
berhenti….dia tahu diri bahwa dia tidak boleh ikut memuaskan dirinya,
situasinya kurang tepat kalau dia ikut ejakulasi. Sesuai janjinya
sendiri bahwa dia hanya ingin membantu. Aku sangat menghargainya. Dia
mengerti aku tidak mau kalau spermanya memenuhi rahimku.
”Thanks honey…aku puas sekali” Bisikku ke suamiku….Perlahan Januar
menarik keluar batangnya dari vaginaku. ”Apa kamu bener bener puas
sekarang sayang…hmmm ? Suara suamiku masih bergetar. Thanks honey…aku
tutup dulu ya..mau pipis dulu…” Kataku berusaha menutup pembicaraan.
Segera aku tutup telepon tanpa menunggu jawaban dari suamiku.
Aku langsung memandang Januar dalam dalam :” Thanks Jan, kamu memang
hebat…kamu nggak papa nanggung begitu ? atau aku bantu keluarin pake
tangan ? sorry aku nggak mau kamu keluarin di dalam, terima kasih kalo
kamu paham” Kataku pelan.
” Din…kayaknya kamu yang lebih gila..maksud gue kan nggak sejauh ini…” Kata Januar sambil memakai jeansnya.
” Sorry Jan…menurut gue nanggung sih..thanks ya…elo memang sahabat yang
baik. Mungkin lain kali gue mau balas kebaikan elo tapi entah kapan.”
Kataku tersenyum.
Januar cuma menggeleng geleng kepalanya dan kemudian mencium keningku sambil tersenyum…..” Aku pulang dulu…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar